Ellen Taz
Rabu, 02 Januari 2013
MENGATASI AMARAH DENGAN
RELAKSASI
Sebagai manusia normal, tiap-tiap
individu sejak lahir sudah dianugrahi kemampuan akal dan perasaan. Keduanya
bekerja setiap jam, setiap hari selama manusia yang bersangkutan masih
bernyawa. Dari beberapa penelitian para ahli, akal dan perasaan saling
mempengaruhi, ketika akal terlalu banyak beban, maka perasaan akan menjadi
kurang enak, begitu juga sebaliknya, ketika perasaan seseorang sedang
bermasalah, maka akal menjadi pendek dan sempit.
Salah satu dari sekian banyak produk
perasaan adalah rasa marah. Marah memiliki pengertian berarti sangat tidak
senang (krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar.
Sedangkan menurut ahli Psikologi Chaplin (1998) dalam dictionary of psychology,
menyatakan bahwa marah adalah reaksi emosional akut yang timbul kareana
sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriyah,
pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi dan dicirikan kuat
oleh reaksi pada sistem otomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian
simpatetik, dan secara emplisit disebabkan oleh reaksi seragam, baik baik yang
bersifat somatis atau jasmaniyah maupun yang verbal atau lisan.
Berbagai faktor dapat memicu perasaan marah,
baik faktor yg berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan (internal),
atau faktor dari luar diri individu yang bersangkutan (eksternal). Marah yang
berlebih dan tidak bisa terkontrol biasanya akan muncul dalam perilaku, seperti
merusak barang, memukul, dll. Hal tersebut dilakukan untuk melampiaskan energi
dari marah. Dari perilaku dan efek yang ditimbulkan, marah lebih menghasilkan
hal yang negatif daripada hal yang positif.
Belajar
Mengatasi Marah
Dalam prakteknya jika orang sudah
marah maka akan lupa banyak hal, dan sulit sekali untuk mengontrolnya, namun
bukan berarti tidak bisa kita kontrol. Pada batasan tertentu tiap-tiap manusia
memiliki potensi kontrol yang baik terhadap emosi yang merugikan, bagi yang
tidak mampu hal tersebut tentunya dapat dilatih melalui beberapa terapi.
Berikut terapi yang mungkin dapat berguna bagi mereka yang memiliki potensi
kemarahan berlebih :
Terapi
Psikologi
Banyak terapi yang disuguhkan oleh
para ahli psikologi yang berkenaan untuk menanggulangi kemarahan yang
diantaranya dikemukakan oleh ahli psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 )
menyarankan tiga langkah untuk mencegah kemarahan
1. Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang
marah dan eksperikan bagai mana kelihatanya.
2. Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu
aktifitas
3. Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar
sebagaimana layaknya kita marah.
Terapi Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi
perilaku. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi
merupakan perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan merupakan
kontraksi terhadap perpindahan serabut otot. (Beech dalam Nursalim dkk,
2005:82)
Relaksasi dapat digunakan untuk menurunkan stres
karena relaksasi merupakan keterampilan coping yang aktif bila digunakan untuk
mengajar individu tentang kapan dan bagaimana menerapkan teknik relaksasi
didalam kondisi dimana individu yang bersangkutan mengalami kecemasan.
Goldfried dan Trier (Nursalim dkk, 2005:83) menunjukan efektifitas latihan yang
disajikan sebagai self control coping skill. Penelitian tersebut menunjukan bahwa
subyek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai active coping skill
secara signifikan melanjutkan pengurangan kecemasan yang lebih besar daripada
subyek yang diberi latihan yang
disajiakan sebagai prosedur otomatis untuk mengurangi kecemasan. Relaksasi terbagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
- Relaksasi Otot
- Relaxation via tension- relakation
- Relaxation via letting go
- Differential relaxation
Relaksasi Kesadaran Indra
Relaksasi Melalui Hipnose, Yoga dan Meditasi
- Mengendorkan urat leher
- Mengendorkan urat lengan
- Memejamkan mata
- Menyibukan diri
- Memeriksa kepalan tangan
- Melatih pernafasan
- Berbicaa dengan tenang
- Berusaha terbuka dengan teman yang amanah
Relaksasi juga dapat dikombinasikan antara latihan dengan
diiringi musik.
Musik dapat digunakan sebagai terapi utama dan alat
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan tertentu pada diri seseorang. Selain
dapat mempengaruhi suasana hati, musik ini diketahui memiliki kekuatan yang
amat mengagumkan, yang dapat membuat seseorang merasa sedih, gembira, dan
mengalami berbagai permasalahan emosi lainnya.
Musik yang dapat
digunakan sebagai penunjang pelaksanaan relaksasi adalah musik klasik. Don
Campbell (2002), menyatakan bahwa musik klasik dapat memberikan rangsangan,
yang nantinya menghasilkan efek mental dan fisik, yaitu antara lain dapat
menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyatakan, musik dapat memperlambat dan
menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi pernafasan, musik
mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik mempengaruhi
ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik mempengaruhi
suhu badan, musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres,
musik mengubah persepsi kita tentang ruang, musik mengubah persepsi kita akan
waktu, serta musik meningkatkan daya tahan tubuh.
Langganan:
Postingan (Atom)